Kabuto Muna: Warisan Rasa Tak Benda

Posted on

Kabuto: Makanan Pokok Unik dari Muna, Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara (Sultra) dikenal dengan kekayaan kulinernya yang beragam. Mulai dari Sinonggi, Sate Pokea, Luluta, Kadampi, hingga Ikan Kapinda, deretan hidangan ini memanjakan lidah para pencinta kuliner. Namun, ada satu lagi makanan unik yang patut dicoba, yaitu Kabuto.

Kabuto merupakan kuliner khas dari Kabupaten Muna. Nama “Kabuto” sendiri berasal dari Bahasa Muna yang berarti “rusak” atau “busuk.” Meskipun namanya terdengar kurang menarik, jangan salah, Kabuto memiliki cita rasa yang khas dan telah menjadi makanan pokok pengganti nasi bagi masyarakat Muna sejak zaman dahulu.

Sejarah dan Kearifan Lokal Kabuto

Kabuto berawal sebagai makanan cadangan yang mencerminkan kearifan lokal dan cara pandang masyarakat Muna. Pada masa lalu, ketika hasil panen tidak mencukupi kebutuhan pokok, Kabuto menjadi alternatif pangan yang sangat penting. Keunggulan Kabuto terletak pada daya tahannya yang lama, sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu panjang.

Kehadiran Kabuto juga menunjukkan kemampuan masyarakat Muna dalam beradaptasi dengan kondisi alam. Proses pembuatan Kabuto yang bertahap dan membutuhkan waktu, mencerminkan nilai-nilai seperti pantang menyerah, kesabaran, kerja keras, ketekunan, dan kemandirian. Nilai-nilai ini diajarkan secara turun-temurun kepada generasi muda di Kabupaten Muna.

Kabuto bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari tradisi dan budaya masyarakat Muna. Hidangan ini sering disajikan dalam acara adat maupun dikonsumsi sehari-hari sebagai pengganti nasi.

Proses Pembuatan Kabuto

Pembuatan Kabuto membutuhkan proses yang cukup panjang dan teliti. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan Kabuto, berdasarkan penjelasan dari warga Kabupaten Muna Barat:

  1. Pengupasan dan Penjemuran: Singkong dikupas dari kulitnya dan dijemur di bawah sinar matahari selama tiga hari. Proses penjemuran ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam singkong.
  2. Pemeraman: Setelah dijemur, singkong dimasukkan ke dalam karung tebal, diikat, dan disimpan selama dua malam. Pemeraman dalam karung tebal akan memicu pertumbuhan jamur pada singkong. Jamur inilah yang memberikan rasa khas pada Kabuto.
  3. Penjemuran Kembali (Opsional): Setelah diperam, singkong yang sudah berjamur dapat dijemur kembali atau hanya diangin-anginkan hingga jamurnya hilang. Proses ini bertujuan untuk mengeringkan singkong dan mencegah pembusukan lebih lanjut.
  4. Penyimpanan: Kabuto yang sudah kering dan tidak berjamur siap untuk dijual dan diolah menjadi berbagai hidangan.

Penting untuk diingat bahwa waktu penyimpanan singkong dalam karung tidak boleh lebih dari tiga malam. Jika terlalu lama disimpan, singkong akan terasa pahit dan tidak enak. Singkong yang telah melalui proses penjemuran dan penyimpanan akan berwarna putih abu kehitaman.

Variasi Olahan Kabuto

Kabuto dapat diolah menjadi berbagai hidangan lezat. Beberapa variasi olahan Kabuto yang populer di kalangan masyarakat Muna antara lain:

  • Kantinibhera: Kabuto dibelah dan dipotong pendek, kemudian direndam dalam air selama beberapa jam sebelum dimasak. Kantinibhera memiliki tekstur kenyal dan biasanya dikukus atau direbus.
  • Hogo-Hogo: Kabuto dicacah kasar atau diiris tipis, kemudian dikukus tanpa tambahan garam atau bumbu lainnya. Hogo-Hogo disajikan dengan parutan kelapa.
  • Kantofi: Kabuto ditumbuk halus dan dibasahi dengan air sedikit demi sedikit hingga adonan menggumpal. Adonan Kantofi kemudian dimasukkan ke dalam wadah kerucut yang terbuat dari anyaman daun kelapa dan dimasak. Kantofi juga disajikan dengan parutan kelapa.

Cara Menikmati Kabuto

Kabuto dapat disantap dengan berbagai jenis lauk, seperti ikan asin goreng atau bakar, atau Kapinda (olahan ikan khas Sulawesi Tenggara). Sebagai pelengkap, Kabuto juga nikmat disantap dengan sayur bening campuran pepaya muda dan kelor, atau tumis bunga pepaya.

Mencicipi Kabuto di Kendari dan Muna

Saat ini, Kabuto sudah banyak dijual di pasar maupun rumah makan di Sulawesi Tenggara. Di Kota Kendari, Anda dapat menemukan Kabuto di beberapa kedai makan yang menyajikan masakan khas daerah. Jika Anda berkunjung ke Kabupaten Muna, Anda dapat dengan mudah menemukan olahan Kabuto di lapak-lapak dekat Pelabuhan Nusantara Raha dan Tugu Jati.

Harga Kabuto bervariasi tergantung kondisi pasar. Jika sedang musim panen, harga Kabuto biasanya lebih murah. Namun, jika persediaan Kabuto terbatas, harganya bisa lebih mahal.

Kabuto: Warisan Budaya Tak Benda

Kebanggaan masyarakat Muna terhadap Kabuto semakin bertambah setelah kuliner ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada tahun 2024. Penetapan ini semakin memperkuat posisi Kabuto sebagai bagian penting dari identitas budaya Sulawesi Tenggara.

Dengan ditetapkannya Kabuto sebagai WBTB, diharapkan kuliner ini semakin dikenal dan dilestarikan oleh generasi muda. Selain itu, penetapan ini juga dapat meningkatkan potensi pariwisata di Kabupaten Muna dan Sulawesi Tenggara secara keseluruhan. Kabuto menjadi salah satu daya tarik wisata yang unik dan menarik bagi para wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat budaya dan kuliner Sulawesi Tenggara.

Kabuto bukan hanya sekadar makanan pengganti nasi, tetapi juga simbol kearifan lokal, ketahanan pangan, dan identitas budaya masyarakat Muna. Melalui Kabuto, kita dapat belajar tentang nilai-nilai luhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi, jika Anda berkesempatan mengunjungi Sulawesi Tenggara, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi kelezatan dan keunikan Kabuto!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *