Lelah Ikut Travel Haji Murah, Dewi Rahasiakan Perjalanan di Bagasi Bus untuk Sampai ke Tanah Suci

Posted on

Pengalaman Pahit Jemaah Haji Ilegal di Arab Saudi

Dewi Sartika (41), warga Nunukan, Kalimantan Utara, tidak pernah membayangkan bahwa ibadah haji pertamanya akan berlangsung penuh ketakutan. Pengalamannya yang menyedihkan terjadi karena tertipu oleh travel haji ilegal yang menawarkan harga murah, namun memperbolehkan jemaah menggunakan visa pekerja.

Perjalanan yang Penuh Rahasia

Dewi mengisahkan bahwa ia harus disembunyikan dalam bagasi bus saat berada di Arab Saudi. Ia menjalani wukuf diam-diam dan terus bersembunyi dari petugas keamanan. Semua ini terjadi karena ia diberangkatkan melalui travel ilegal yang menjanjikan biaya lebih rendah dibandingkan agen resmi.

“Karena murah dan tidak menyangka akan ditipu oleh teman yang sudah saya kenal, makanya saya ikuti saja arahannya,” ujar Dewi saat berbagi pengalaman pahitnya.

Ia kembali dari Arab Saudi sejak akhir Juni 2025. Meskipun merasa sakit hati karena ditipu, ia berusaha untuk ikhlas. Namun, emosinya memuncak ketika sang teman terus mengirimkan pesan berisi tagihan kekurangan biaya perjalanan haji sebesar Rp 40 juta.

Biaya yang Tidak Sesuai dengan Harapan

Tarif yang dikenakan oleh NR, teman Dewi, adalah Rp 240 juta. Ia hanya membayar Rp 200 juta. Meskipun ingin ikhlas, ia merasa khawatir akan tertangkap oleh otoritas setempat karena menggunakan visa amil. Akhirnya, ia melapor ke polisi karena terus-terusan ditagih.

Dewi mengaku mengenal baik NR, sehingga selalu berprasangka baik. Meski sempat ragu dengan murahnya biaya haji yang ditawarkan, ia tidak pernah mengira itu adalah penipuan. Kecurigaan mulai muncul ketika ia diminta melakukan biometrik di Jakarta.

“Sempat juga teman bertanya, buat apa biometrik di Jakarta. Nah, tidak ada itu Jakarta (Kemenag) kasih keluar visa haji. Tapi biaya murah tetap jadi tawaran menggiurkan untuk berangkat ke tanah suci,” tuturnya.

Proses Pemberangkatan yang Mencurigakan

Sebanyak 29 orang calon jemaah haji dari berbagai provinsi diberangkatkan oleh NR melalui travelnya yang disebut sebagai travel tak berizin. Mereka berangkat dari Nunukan pada tanggal 14 Mei 2025, dan tertahan di Tarakan selama 4 hari. Kelompok Dewi kemudian diterbangkan ke Surabaya, di mana mereka tertahan selama 2 minggu menunggu visa keluar.

“Begitu visa keluar, tulisannya packaging worker. Itu visa buat pekerja. Tapi karena lebih 20 orang yang berangkat, saya ikut saja,” katanya.

Perjalanan yang Penuh Bahaya

Keputusan tersebut berujung fatal, karena saat pemberangkatan dari Surabaya, mereka harus mencari cara untuk lolos dari pantauan petugas keamanan. Di sana, para jemaah disembunyikan dalam bagasi barang bus besar. Mereka 29 orang meringkuk dan hanya diam di dalam bagasi.

Para jemaah hanya keluar saat jemaah haji lain selesai melaksanakan rukun haji. Di penginapan, mereka tidak diperbolehkan keluar dan tidak pernah mengintip dari gorden kamar yang selalu tertutup rapat.

“Kami pernah diturunkan sopir bus katanya sampai Arafah tapi tidak tahu di mana. Jadi kondisi kami dimanfaatkan betul oleh mereka,” sesalnya.

Ibadah yang Tidak Sesuai Rukun

Menyadari bahwa ibadahnya tidak sesuai dengan rukun haji, Dewi berusaha memperbaikinya dengan mendaftar umrah ke travel resmi. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran berharga baginya, bahwa tidak ada kebaikan dari keberangkatan ilegal.

“Sudah cukup yang kemarin jadi pelajaran. Saya segera lapor kasus ini ke polisi, supaya tidak ada korban lain,” kata Dewi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *