Respons Positif Pengusaha Travel terhadap Jalur Laut Haji, Alternatif Baru untuk Masyarakat

Posted on

Wacana Haji dan Umrah via Jalur Laut Dapat Dicoba

Wacana penggunaan jalur laut untuk perjalanan haji dan umrah yang disampaikan oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar mendapatkan tanggapan positif dari sejumlah pelaku usaha travel. Salah satu yang menyampaikan pandangan adalah Ketua Umum Kebersamaan Pengusaha Travel Haji Umrah (Bersathu), Wawan Suhada. Ia menyatakan bahwa secara prinsip, wacana tersebut patut untuk dicoba.

Namun, Wawan juga menyoroti beberapa tantangan yang mungkin muncul jika jalur laut digunakan. Pertama, durasi perjalanan melalui laut jauh lebih lama dibandingkan dengan penerbangan. Perjalanan ke Arab Saudi dengan pesawat hanya memakan waktu sekitar 10 jam, sedangkan melalui jalur laut bisa memakan waktu berhari-hari. Hal ini tentu berdampak pada biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh calon jamaah.

Menurutnya, biaya haji melalui jalur udara relatif lebih terjangkau. Meski demikian, ia tetap menganggap bahwa jalur laut bisa menjadi alternatif yang layak dipertimbangkan. “Tapi tidak boleh dipaksakan. Itu harus menjadi pilihan dari masyarakat atau calon jamaah,” ujarnya.

Selain itu, Wawan menegaskan bahwa perjalanan melalui jalur laut memerlukan persiapan khusus. Misalnya, kegiatan selama perjalanan seperti pengajian atau aktivitas serupa harus direncanakan agar jamaah tidak merasa bosan atau kelelahan.

Ia juga menyoroti bahwa durasi perjalanan yang panjang akan memengaruhi biaya operasional. Oleh karena itu, belum bisa dipastikan apakah haji lewat jalur laut akan lebih murah dibandingkan jalur udara.

Sebelumnya, Menteri Agama Nasaruddin Umar telah menyampaikan wacana ini dalam beberapa kesempatan. Menurutnya, penggunaan jalur laut masih dalam tahap wacana. Pihak Kemenag belum dapat memastikan apakah moda transportasi laut bisa menjadi opsi tambahan di samping penerbangan.

“Masih dalam wacana,” tegas Nasaruddin saat ditanya wartawan seusai acara Annual International Conference on Islam, Science, and Society Plus (AICIS+) 2025 di Jakarta Pusat, Rabu (9/7).

Kemenag sendiri telah menyampaikan wacana ini kepada Pemerintah Arab Saudi. Saat ini, kemungkinan penggunaan jalur laut untuk haji dan umrah masih terus didiskusikan dengan otoritas Kerajaan Saudi.

Dalam acara peluncuran SGIE Report 2024/2025 dan peringatan satu dekade Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) di Bappenas, Selasa (8/7), Nasaruddin menyebutkan bahwa pemerintah tengah menjajaki kemungkinan dibukanya jalur laut sebagai alternatif pelaksanaan ibadah umrah dan haji. Ia menyebut inisiatif ini sedang didiskusikan dengan otoritas Saudi.

“Digagas ke depan kami kira sangat prospektif memperkenalkan umrah dan haji melalui kapal laut. Kami juga kemarin berbicara dengan sejumlah pejabat-pejabat di Saudi Arabia,” katanya dalam keterangan resminya.

Nasaruddin menilai bahwa jika infrastruktur pendukung seperti pelabuhan dan sarana transportasi laut telah tersedia, maka penyelenggaraan haji dan umrah lewat laut dapat menjadi pilihan yang lebih terjangkau bagi masyarakat.

“Kalau memang itu persyaratannya terpenuhi, peluangnya sudah dibangun sekarang. Itu terbuka,” ucapnya.

Ia menambahkan bahwa model ini memungkinkan jemaah dari negara-negara di kawasan Asia, termasuk Indonesia, melakukan perjalanan haji melalui pelabuhan seperti Jeddah. Tanpa harus bergantung sepenuhnya pada penerbangan.

“Bukan hanya negara-negara kawasan yang dekat seperti Mesir, bahkan dari Indonesia dan Asia lainnya bisa mengakses (haji jalur laut),” jelasnya.

Nasaruddin menilai inisiatif ini tidak hanya membuka jalur baru bagi masyarakat. Tetapi juga akan memberikan nilai tambah bagi Arab Saudi. Terlebih, pendekatan baru yang diambil Saudi kini lebih terbuka terhadap berbagai inovasi dan investasi strategis.

“Saudi Arabia ini sekarang pendekatannya sangat bisnis, dengan konsultan dari Amerika. Ini betul-betul memanfaatkan potensi geografis Saudi Arabia,” ujarnya.

Selain itu, Nasaruddin juga menyampaikan rencana modernisasi fasilitas ibadah di Tanah Suci. Seperti pembangunan Mina menjadi delapan lantai. Tidak ada lagi tenda-tenda di Mina seperti sekarang. Kemudian ada pelebaran area Kabah dan pengurangan bukit di sekitarnya.

“Jalan layang juga akan ditambah. Ini membuka kemungkinan baru dalam pelayanan haji,” katanya.

Nasaruddin berharap dengan sistem baru ini, akses terhadap ibadah haji dan umrah bisa semakin inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat. Baik bagi si kaya maupun miskin, di dalam dan luar negeri Saudi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *